Thursday, December 13, 2007

You're NOT That Smart, You know...

Dapet dari milis Apres....lucu...cobain yah!
Trus kasi tau gw hasilnya!
Gw salah tiga!! ANCOL!! Makin terbuktilah ketololan gw....
Beneran yah...kasi tau gw...
Pengen tau gw setolol apa...
ya ya ya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di bawah ini ada empat ( 4 ) pertanyaan dan satu pertanyaan bonus.
Jawablah semua tanpa banyak pikir. Cuma boleh berpikir sedetik, jawab
segera. OK?

Ayo cari tahu, seberapa pintar anda... .
Siap? GO!!! (gulung layar)

Pertanyaan pertama:
Anda ikut berlomba. Anda menyalip orang di posisi nomor dua.
Sekarang posisi anda nomor berapa?

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jawaban: Jika anda menjawab Nomor Satu, anda SALAH BESAR! Jika anda
menyalip orang nomor dua, sekarang andalah yang ada di posisi nomor
dua!

Jangan ngaco lagi, ya?.
Sekarang jawab pertanyaan kedua,
tapi jangan berpikir lebih banyak daripada ketika menjawab pertanyaan
pertama tadi,OK ?

Pertanyaan Kedua:
Jika anda menyalip orang di posisi terakhir, sekarang anda di
posisi...?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jawaban: Jika anda menjawab anda orang kedua dari terakhir, anda
SALAH LAGI... Coba, bagaimana caranya menyalip orang TERAKHIR?

Anda sebetulnya tidak terlalu pintar, ' kan?

Pertanyaan ketiga:
Hitung-hitungan yang pelik! Catatan: kerjakan di pikiran anda saja.
JANGAN gunakan kertas atau pensil atau kalkulator. Cobalah.

Ambil 1000 dan tambahkan 40 padanya. Sekarang tambahkan 1000 lagi.
Sekarang tambahkan 30 . !
Tambahkan 1000 lagi<> . Sekarang tambahkan 20. Sekarang tambahkan
1000
Sekarang tambahkan 10 . Berapa totalnya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apakah hasilnya 5000 ?

Jawaban yang benar adalah 4100.

Kalau tidak percaya, cek dengan kalkulator!
Hari apes, ' kan?
Mungkin di pertanyaan terakhir anda bisa benar...
....Mungkin.

Pertanyaan keempat:
Ayah Mary punya lima anak: 1. Nana, 2. Nene, 3. Nini,
4. Nono. Siapa nama anak kelima?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apa anda menjawab Nunu?
BUKAN! Tentu saja bukan.
Anak kelima namanya Mary. Baca lagi pertanyaannya!

Okay, sekarang ronde bonus:

SEORANG bisu pergi ke toko dan ingin membeli sikat gigi. Dengan
menirukan orang menggosok gigi, ia berhasil menyampaikan keinginannya
pada penjaga toko dan ia berhasil membeli sikat gigi...
Berikutnya, seorang buta masuk ke toko itu dan ingin membeli kacamata
hitam, bagaimana DIA menunjukkan keinginannya?
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Langsung aja ngomong, dia kan gak bisu...

UAS dan Metodanya

Sebentar lagi UAS…
WAAAAAA…
Daripada panik sendiri, mending gausah diinget-inget dulu deh soal IP.

Namanya juga ujian…artinya diuji. Diuji dengan menjawab pertanyaan. Lalu dinilai berdasarkan jawaban atas pertanyaan.

Biasanya dosen-dosen bilang
”jawabnya jangan panjang lebar, tapi poinnnya aja, yang singkat tapi jelas!”
Atau malah
”jelaskan sejelas-jelasnya...”

Kalimat pertama ini cuma berlaku buat sedikit dosen...Oh...sori ralat...SATU dosen. Sedangkan dosen lainnya menganut paham ”makin panjang makin bagus”. Biasa deh PL....Panjang Lebar...Biar dapet nilai bagus, pasti kita jadi nulis sejelas-jelas mungkin (tanpa keluar dari apa yang ditanyain dong pastinya). Dan kebetulan juga...jurusan gw itu banyak teori juga pendapatnya (Kek IPS ya sebenernya, tapi Teknik??). Jadi kalo ujian emang pasti essay.

Duuuh...Sebenernya lo mo ngomong apa sih Ra daritadi??

Gini, tesnya kan seperti biasa... Pake kertas, dan ditulis pake ballpen. Dan ballpen tersebut digerakkan oleh tangan. Tangan yang sebenernya punya keterbatasan dalam ketahanannya menulis!!! Tiap UTS/UAS nih ya...tangan tuh langsung sakit-sakit....Dan seriusan sakit loh...pegel nulis terus! Dua jam non-stop!!!! Pernah gw ujian sehari dua kali dan cuma selang stengah jam. Sumpah ya abis itu tangan gw langsung kram!! (Dan nilai UTSnya ga kluar, jadi ga ketauan pengorbanan tangan gw berbuah apa ngga)

Pengen mengusulkan deh...Gimana kalau ujian jangan pake kertas dan ballpen lagi?
Tapi pake Microsoft Word aja!!! Kalo diliat-liat udah hampir semua orang punya laptop. Yang ga punya pake laptop bisa di labscan…atau minjem juga bisa. Kan lebih enak pake word…Nulisnya ga mesti urut, yang keingetan bisa ditulis dulu, ntar kalo mau dtambah-tambahin bisa disempil-sempil sesuka hati. Hemat waktu nge-tipeks!! Dan yang lebih penting, TANGAN GA PEGELL!!!

Soal nyontek, gampang Pak, Bu...Jaganya di belakang. Dosen, asisten dua, duduk di belakang. Dijamin deh ga ada yang berani nyontek! (Asal situ juga nggak meleng!)

Hasil ujian bisa dikumpulin di flashdisk, Bentuknya softcopy, ga usah takut ilang. Ga ribet banyak kertas, jadi ga nyampah. Dan hemat kertas juga kan??!!!

Weh...ti dulu...ko jadi beneran yah ni?? Tadi niatnya padahal cuma mo ngeluh aja...Tapi kayanya memungkinkan...Eh, memungkinkan ga sih?? Kalo memungkinkan usulin aja yokkk!! Kan departemen rapat tuh tiap semester...

Hmmm....udah ah, mau mengumpulkan massa dulu...

Tuesday, November 20, 2007

Pertanyaan-Pertanyaan Ga Penting Tapi Kepikiran

  1. Apa sih kepanjangan dari CMIIW, sama LMAO??? Penasaran banget sumpah!
  2. Apakah merek rokok Wismilak berasal dari kata-kata Wish Me Luck?
  3. Dimana bisa beli kastengel enak di Bandung walaupun ga mau lebaran dengan harga reasonable?
  4. Kenapa sih mesti ada penyakit insomnia???
  5. Kok abang gorengan yang di gerbang belakang rasanya bisa enak banget yah?
  6. Zodiak, tes psikotes, tes NGT, tes binatang, tes elemen, semua mengatakan hal yang sama tentang gw tapi gw banyak ga merasanya? Salah disebelah mana?
  7. Kok nggak banyak yang suka Star Wars sih? Padahal kan keren banget!
  8. Kok banyak banget yang mirip gw? Dudi, Lara, Uti, Chane, Lara lagi, tapi gw ga merasa mirip secuil pun????
  9. Kok bisa ada orang yang mikir orang asia bisa ngontrol tsunami?? Kalo beneran bisa ya nggak asia dong korbannya? Tolol!!
  10. Kenapa istilah buat cowok ganteng bwangett itu ‘as handsome as sin’?? Apa hubungannya ganteng sama dosa??
  11. Kenapa sih orang yang suka nutup account FSnya (ga bisa diliat dan di message selain temennya) suka liat-liat account orang?? Kalo ga mau diliat-liat sama orang, ya jangan liat-liat profil orang lain juga dong! Kan gw jadi ga bisa liat lo tuh siapa…huhh :(

Answers, anyone??
Iya...gw tau…ga penting.
People usually said “why bother? It doesn’t matter!”
Well…it DOES bother me, so it DOES matter…
Yet, it still stupid.
I hate myself…

Friday, November 09, 2007

Apartement dan Housing as a verb....

Jakarta dan Bandung, dua kota besar di Indonesia. Penduduknya makin banyak dari tahun ke tahun, ada yang dateng untuk cari kerja, ada yang sekolah, ada yang ikut keluarga atau suami/istri, atau alasan-alasan lainnya (apa yah?). Mereka pastinya butuh tempat tinggal, dan dengan bertambahnya penduduk maka infrastruktur dan pelayanan kota harus sanggup melayani pertambahan penduduk tersebut. Padahal tanahnya sendiri, tempat semua itu bakal dibangun, nggak bertambah.

Dalam hal perumahan, harusnya mulai banyak perumahan vertikal, atau bertingkat. Karena semua mau tinggal di kota, padahalnya lahannya terbatas. Tapi kenapa disaat tanah itu barang langka, harga apartemen masih lebih mahal daripada harga rumah?? Padahal logikanya, orang yang mau punya rumah harusnya bayar lebih mahal karena tanah yang dia mau bangun sebenernya bisa lebih guna kalo dijadiin apartemen yang bisa dipake sama berpuluh-puluh keluarga.

Jadi penasaran, apa memang bangun apartemen itu lebih mahal daripada bangun perumahan? Soalnya kemaren dapet tugas yang intinya kita ceritanya jadi developer. Seinget gw sih yang paling mahal biaya yang berurusan sama lahan. Jadi sebenernya kalo dengan lahan 4 rumah yang beli bisa 70 keluarga, harusnya harganya bisa lebih murah kan? Harusnya pembangunan rumah susun sederhana, apartemen murah bisa marak. Trus kenapa nggak dong?

Nah, waktu studio proses semester lalu...bahasannya perumahan juga. Waktu ditanya ke yang tinggal di tempat kumuh, daripada direlokasi ke tempat yang jauh, mau nggak dibikinin rumah susun? Ternyata banyak yang bilang nggak mau. Yang bagus sekalipun. Kenapa? Karena nggak napak tanah, sempit, dan nggak bisa diagunin/bukan hak milik. Tapi direlokasi di tempat yang jauh pun nggak mau.

Yang terakhir ini bikin bingung. Soalnya menurut teori, harusnya orang miskin saat harus memilih punya tempat tinggal atau kepemilikan, mereka pasti milih punya tempat tinggal. Harusnya (menurut teori sih), mereka nggak akan nerima tempat tinggal hak milik kalau jauh dari tempat kerja mereka. Karena costnya nanti lebih besar lagi untuk transport. Hebat banget kan orang miskin kita? Udah dipikirin, biar mereka ga usah pindah keujung dunia, bisa tetep kerja ditengah kota, tapi ga mau. Maunya dikasih rumah tengah kota. Ampuuunnn...!!!

Nah, gw ngga tau nih apakah budaya ‘kalo ngga mijak tanah bukan rumah namanya’ ini berlaku juga dikalangan menengah. Belum survey. Tapi kalo memang iya, ya mungkin ini penyebabnya kenapa model perumahan vertikal ga populer di Indonesia. Banyak sih apartemen di Jakarta, di Bandung juga ada beberapa. Tapi bukan yang menengah kebawah. Menengah keatas semua. Mungkin budaya ‘kalo nggak mijak tanah bukan rumah namanya’ ini nggak berlaku buat kalangan atas karena mereka biasa keluar negri atau kenapalah. Jadi pasarnya memang kalangan menengah keatas.

Atau bisa juga karena perbedaan pengertian. Ada yang namanya housing as a noun, sama housing as a verb. Housing as a noun itu perumahan/rumah dilihat sebagai benda, objek, untuk menunjukkan status. Sedangkan kalo housing as a verb itu artinya ber-rumah. Maksudnya membangun rumah atau keluarga, sebagai tempat berteduh, tempat berpulang (Hohohh...gaya baru blajar...). Orang Indo mungkin melihat rumah sebagai sekedar objek. Jadinya kita melihatnya sebagai house, bukan home. Bukan yang penting adalah keluarganya, tapi bentuk rumahnya. Ngerti ga maksud gw?

Ya kalo pola pikir ini diterusin, bisa repot. Kalo mau tinggal di kota, ya harus mau tinggal di perumahan vertikal. Cepat atau lambat. Kalo nggak mau ya pindah aja ke Kalimantan, Papua, masih kosong kan tuh. Tapi jawabannya pasti “Disana ada apa coba?”. Yeeuhh...